Sejarah
Perjalanan perjuangan Fatayat NU sejak didirikan tahun 1950 hingga saat ini.
Sejarah Fatayat NU dan Kaitannya dengan Kota Bandung
Fatayat Nahdlatul Ulama (Fatayat NU) adalah badan otonom di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU) yang mewadahi perempuan muda Muslimah. Organisasi ini didirikan pada 24 April 1950 di Surabaya, bertepatan dengan 7 Rajab 1369 H, sebagai respons terhadap kebutuhan perempuan muda untuk berkontribusi dalam perubahan sosial dan pembangunan bangsa. Nama Fatayat berasal dari bahasa Arab yang berarti "pemudi," mencerminkan semangat muda dan dinamis organisasi ini [1][6].
Awal mula Fatayat NU dapat ditelusuri ke Muktamar ke-15 NU di Surabaya tahun 1940, ketika sejumlah pelajar putri dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) NU Surabaya bergabung dalam kepanitiaan bersama perempuan Muslimat NU. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai Putri NUM, Pemudi NUM, atau Fatayat. Pada tahun 1946, perempuan muda mulai dilibatkan dalam kepengurusan NUM, yang menjadi embrio berdirinya Fatayat NU [1][6].
Tiga tokoh utama, yaitu Murthosiyah dari Surabaya, Chuzaimah Mansur dari Gresik, dan Aminah Mansur dari Sidoarjo, memainkan peran penting dalam mendirikan Fatayat NU. Dengan dukungan Ketua Umum PBNU KH Mochammad Dahlan, mereka membentuk Dewan Pimpinan Fatayat NU pada Februari 1950. Pada Muktamar ke-18 NU di Jakarta tahun yang sama, Fatayat NU resmi menjadi badan otonom NU [1][8].
Setelah pengesahan sebagai badan otonom, Fatayat NU segera melakukan konsolidasi organisasi di berbagai daerah. Salah satu konsolidasi penting dilakukan di Kota Bandung pada tahun 1950. Konsolidasi ini dihadiri oleh lima cabang Fatayat NU dari wilayah Jawa Barat. Kehadiran Fatayat NU di Bandung menunjukkan antusiasme besar perempuan muda Muslimah terhadap organisasi ini dan menjadi tonggak penting dalam perkembangan Fatayat di Jawa Barat [1][6][8].
Kota Bandung memiliki peran strategis dalam sejarah Fatayat NU karena menjadi salah satu pusat konsolidasi awal organisasi ini. Sebagai kota besar dengan dinamika sosial yang kompleks, Bandung menyediakan ruang bagi perempuan muda Muslimah untuk berorganisasi dan memperjuangkan pemberdayaan perempuan melalui nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama'ah. Pada Juli 1951, Fatayat NU menerbitkan majalah Melati sebagai sarana komunikasi antar kader, meskipun hanya bertahan tiga edisi [1][6].
Seiring waktu, cabang-cabang Fatayat NU di Kota Bandung berkembang pesat. Perempuan muda Muslimah di Kota Bandung aktif dalam berbagai program pemberdayaan masyarakat, seperti pendidikan agama, pemberantasan buta huruf, dan pelatihan keterampilan seperti menjahit dan memasak. Program-program ini tidak hanya memperkuat posisi perempuan dalam masyarakat tetapi juga memberikan kontribusi signifikan bagi pembangunan lokal [8].
Kota Bandung sendiri memiliki sejarah panjang sebagai pusat pendidikan dan kebudayaan di Indonesia. Sebagai ibu kota Provinsi Jawa Barat yang berdiri sejak 25 September 1810, Bandung telah menjadi tempat berbagai peristiwa penting nasional. Hal ini memberikan konteks yang relevan bagi perkembangan organisasi seperti Fatayat NU yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan dan dakwah [4][5][9].
Dalam perkembangannya hingga saat ini, Fatayat NU Kota Bandung terus memainkan peran aktif dalam berbagai isu sosial dan keagamaan. Salah satu program unggulan adalah penguatan peran Lembaga Konsultasi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (LKP3A), yang bertujuan untuk mendukung pemberdayaan perempuan serta melindungi hak-hak anak di tingkat lokal maupun nasional [3].
Fatayat NU Kota Bandung juga sering bekerja sama dengan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan kegiatan sosial dan pendidikan. Dengan populasi lebih dari 2,5 juta jiwa pada tahun 2024, Kota Bandung merupakan wilayah strategis bagi pengembangan program-program berbasis komunitas yang melibatkan perempuan muda Muslimah sebagai agen perubahan sosial [4][5].
Keberadaan Fatayat NU di Kota Bandung tidak hanya memberikan dampak positif bagi anggotanya tetapi juga masyarakat luas. Melalui berbagai program inovatif dan kolaborasi lintas sektor, organisasi ini terus berupaya menjawab tantangan zaman tanpa melupakan nilai-nilai keislaman yang menjadi landasan utamanya.
Dengan sejarah panjang perjuangan sejak masa perintisan hingga saat ini, Fatayat NU Kota Bandung tetap menjadi garda terdepan dalam pemberdayaan perempuan muda Muslimah. Komitmen untuk terus berkembang menjadikan organisasi ini relevan di tengah dinamika sosial modern sekaligus menjaga warisan perjuangan para pendirinya.
Referensi
- Riwayat Sejarah Fatayat NU - NU Banyumas
- Resensi Buku: Rekam Jejak Perjuangan dan Gerakan Fatayat NU di Nusantara
- Sosialisasi LKP3A oleh Fatayat Jabar - Jabar.NU
- Sejarah Kota Bandung - Wikipedia
- Sejarah Kota Bandung - Ayobandung.com
- Sejarah Fatayat NU - Ensiklopedia NU
- Profil Kota Bandung: Asal Usul & Perkembangan dari Masa ke Masa
- Konsolidasi Awal Fatayat - Tirto
- Sejarah Kota Bandung - JDIH Bandung
Tokoh Pendiri
Murthosiyah
Surabaya
Chuzaimah Mansur
Gresik
Aminah Mansur
Sidoarjo
Fakta Menarik
- •
Didirikan pada 24 April 1950 di Surabaya
- •
Nama Fatayat berasal dari bahasa Arab yang berarti "pemudi"
- •
Bandung menjadi salah satu lokasi konsolidasi awal Fatayat NU
- •
Menerbitkan majalah Melati pada Juli 1951 sebagai sarana komunikasi
- •
Aktif dalam program pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
Linimasa Sejarah
Linimasa Sejarah Fatayat NU Kota Bandung Hingga 2025
1940 - Cikal Bakal Fatayat NU
Pada Muktamar NU ke-15 di Surabaya, sejumlah pelajar putri dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) NU Surabaya bergabung dalam kepanitiaan bersama Muslimat NU. Kelompok ini kemudian dikenal sebagai Putri NUM atau Pemudi NUM. Peran aktif perempuan muda dalam muktamar ini menjadi embrio berdirinya Fatayat NU. Meski kegiatan ini berlangsung di Surabaya, semangatnya menyebar ke berbagai daerah, termasuk Kota Bandung.
1950 - Konsolidasi Awal Fatayat NU di Kota Bandung
Fatayat NU resmi didirikan pada 24 April 1950 di Surabaya. Tak lama setelah itu, konsolidasi organisasi dilakukan di beberapa kota besar, termasuk Bandung. Kota Bandung menjadi salah satu pusat konsolidasi awal untuk wilayah Jawa Barat. Pertemuan ini dihadiri oleh lima cabang dari wilayah Jawa Barat dan menandai awal mula kehadiran Fatayat NU di Kota Bandung sebagai bagian dari jaringan nasional organisasi perempuan muda Muslimah.
1951 - Penerbitan Majalah Melati
Fatayat NU meluncurkan majalah Melati sebagai media komunikasi antar kader. Di Kota Bandung, majalah ini menjadi salah satu sarana penting untuk menyebarkan informasi dan memperkuat jaringan organisasi. Meskipun hanya bertahan tiga edisi, inisiatif ini menunjukkan semangat kader Fatayat NU untuk memanfaatkan media sebagai alat perjuangan.
1952-1960an - Perkembangan Cabang Fatayat NU di Kota Bandung
Pada dekade ini, cabang-cabang Fatayat NU di Kota Bandung mulai berkembang pesat. Kegiatan yang dilakukan meliputi pendidikan agama, pemberantasan buta huruf, dan pelatihan keterampilan seperti menjahit dan memasak. Program-program ini bertujuan untuk memberdayakan perempuan muda Muslimah sekaligus meningkatkan kontribusi mereka dalam masyarakat.
1967 - Keikutsertaan dalam Muktamar NU ke-24
Muktamar NU ke-24 yang diselenggarakan di Bandung menjadi momen penting bagi Fatayat NU Kota Bandung. Untuk pertama kalinya, organisasi ini berpartisipasi secara resmi dalam forum besar tersebut, menegaskan eksistensinya sebagai bagian integral dari Nahdlatul Ulama.
1970-1990an - Penguatan Peran Sosial dan Keagamaan
Pada periode ini, Fatayat NU Kota Bandung semakin memperluas kiprahnya dalam bidang sosial dan keagamaan. Selain melanjutkan program-program pemberdayaan perempuan, organisasi ini juga mulai aktif dalam mengadvokasi isu-isu sosial seperti kesehatan ibu dan anak serta pendidikan inklusif bagi perempuan.
2000-2010 - Kolaborasi dengan Pemerintah Daerah
Memasuki era reformasi, Fatayat NU Kota Bandung memperkuat kolaborasinya dengan pemerintah daerah. Berbagai program sosial dan pendidikan dilaksanakan bersama untuk meningkatkan kesejahteraan perempuan muda Muslimah di Kota Bandung. Organisasi ini juga mulai terlibat dalam diskusi kebijakan lokal yang relevan dengan isu-isu gender.
2015 - Penguatan Kepemimpinan Perempuan Muda
Fatayat NU Kota Bandung mengadakan berbagai pelatihan kepemimpinan bagi kader-kader mudanya. Pelatihan ini bertujuan untuk mencetak pemimpin perempuan yang tangguh dan mampu menghadapi tantangan zaman modern tanpa melupakan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama'ah.
2020 - Adaptasi Digital di Masa Pandemi
Pandemi COVID-19 membawa tantangan baru bagi organisasi seperti Fatayat NU. Di Kota Bandung, kegiatan-kegiatan organisasi mulai beralih ke platform digital. Webinar, pelatihan daring, dan kampanye sosial media menjadi metode baru untuk tetap terhubung dengan anggota dan masyarakat luas.
2024 - Penguatan Peran LKP3A
Fatayat NU Kota Bandung aktif mendukung Lembaga Konsultasi Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (LKP3A). Program ini bertujuan untuk memberikan pendampingan hukum dan psikologis bagi perempuan serta anak-anak yang menghadapi kekerasan atau diskriminasi. Inisiatif ini menunjukkan komitmen organisasi terhadap isu-isu perlindungan hak asasi manusia.
2025 - Fokus pada Era Digital dan Inovasi Sosial
Hingga tahun 2025, Fatayat NU Kota Bandung terus berinovasi dengan memanfaatkan teknologi digital untuk memperluas jangkauan program-programnya. Organisasi ini juga fokus pada pengembangan kewirausahaan berbasis komunitas melalui program santripreneur, yang dirancang untuk meningkatkan kemandirian ekonomi perempuan muda Muslimah.
Kesimpulan
Linimasa ini menunjukkan perjalanan panjang Fatayat NU di Kota Bandung sebagai bagian dari upaya pemberdayaan perempuan muda Muslimah sejak awal berdirinya hingga saat ini. Dengan terus beradaptasi terhadap perubahan zaman, Fatayat NU Kota Bandung tetap relevan sebagai garda terdepan dalam perjuangan sosial-keagamaan berbasis nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama'ah.